Monday, August 27, 2007

Procurement Management


Perbandingan Aspek Pengadaan


1. Sistem Pengadaan Sentralisai vs Desentralisasi

a. Alasan pelaksanaan pengadaan secara sentralisai

1) Biaya produksi sangat tinggi
2) Barang/jasa dimaksud dipergunakan oleh sebagian besar unit operasi
3) Memerlukan pengawasan yang ketat terhadap kebijakan pengadaan dan pelaksanaan produksi

b. Keuntungan Sentralisasi

1) Komunikasi dengan pemasok cepat
2) Pengelolaan dan peranan pengadaan lebih meningkat
3) Pengetahuan lebih luas
4) Biaya operasi kecil
5) Diskon besar untuk pembelian banyak
6) Keyakinan atas praktek pengadaan

c. Keuntungan Desentralisasi

1) Komunikasi dengan end user lancar
2) Tanggung jawab lebih tinggi
3) Pengambilan keputusan lebih cepat
4) Waktu pengadaan lebih cepat
5) Respon atas perubahan pengadaan lebih cepat


2. Efisiensi (berdayaguna) vs Efektivitas (berhasilguna)

a. Efisiensi

1) Perbandingan antara input dengan hasil yang dapat dipergunakan
2) Perencanaan kerja vs anggaran belanja
3) Pengurangan biaya pengadaan (TCO dan biaya per order)
4) Pengurangan birokrasi
5) Pengurangan transaksi dan waktu pengadaan

b. Efektivitas

1) Pencapaian hasil yang diharapkan
2) Cost effectiveness
3) Penyerahan barang dan penyelesaian pekerjaan tepat waktu
4) Tingkat apkir (Rejected rate)
5) Rasio persediaan (Inventory ratio)
6) Rasio keberhasilan (Performance ratio/Key Performance Indicator)

3. Brand vs Generic Names

v Brand names

1) Meyakinkan kualitas dan fungsi produk
2) Tidak banyak bervariasi
3) Berusaha secara konsisten untuk memelihara reputasi merek
4) Harga sering lebih tinggi dibandingkan dengan produk generik yang sama
5) Menjamin kelanjutan suplai kedepan
6) Memberikan layanan purna jual


4. Pengadaan tradisional vs kontemporer

a. Pengadaan tradisional

1) Berfungsi klerikal dan administratif
2) Proses pengadaan secara informal
3) Bekerja reaktif berdasarkan permintaan
4) Pengadaan tidak terlibat dalam perencanaan spesifikasi dan evaluasi pemasok
5) Fokus kepada harga
6) Hubungan dengan departemen lain sangat terbatas
7) Fungsi pengadaan tidak berhubungan dengan rencana strategis perusahaan
8) Informasi tidak dikelola dengan baik dan bersifat manual
9) SDM pengadaan tidak dilatih secara profesional

b. Pengadaan kontemporer

1) Berfungsi strategis dan berorientasi kompetisi
2) Proses pengadaan secara optimal
3) Bekerja proaktif sejak perencanaan produksi
4) Terlibat langsung dalam pembinaan hubungan dengan pemasok
5) Fokus kepada TCO dan SCM
6) Hubungan interaktif dengan departemen lain
7) Menduduki tingkat jabatan manajemen dan terlibat dalam strategi perusahaan
8) Informasi dikelola berdasarkan teknologi informasi
9) SDM pengadaan dilatih secara profesional dan senantiasa dikembangkan secara terus menerus




Saturday, July 07, 2007

Bagaimana Mengelola Logistik Dengan Baik?



Menurut Martin Christopher, logistik adalah: “... a process of strategically managing the procurement, movement and storage of materials, parts and finished inventory (and the related information flows) through the organization and its marketing channels in such a way that current and future profitability are maximized through the cost-effective fulfillment of orders”.Logistik dianggap sebagai suatu proses yang sangat penting, karena dengan pengelolaan yang efektif dan efisien akan menjadi salah satu sumber keunggulan kompetitif yang dapat diciptakan oleh perusahaan. Dasar-dasar kesuksesan dalam kompetisi di pasar ada beberapa macam tetapi suatu model sederhana yang dapat dikemukakan dan cukup masuk akal adalah apa yang dinamakan sebagai “the triangular linkage of the company” atau “the Three C’s” yaitu customers, competition dan company dengan hubungan keterkaitan diantara ketiganya.
Penanganan manajemen logistik yang baik akan bermuara pada terbentuknya keunggulan kompetitif perusahaan. Sumber dari keunggulan kompetitif tersebut terletak pertama-tama pada kemampuan perusahaan membedakan dirinya sendiri di depan mata konsumen dari para pesaingnya (value advantage). Kedua, dengan cara bekerja berbiaya rendah yang berarti memperoleh laba yang lebih tinggi (productivity atau cost advantage).Productivity advantageBiasanya makin besar volume produksi suatu barang, biaya per satuan barang akan makin kecil karena fixed cost dibagi lebih merata dengan angka pembagi yang lebih besar. Sedangkan variable cost per satuan barang akan tetap, sehingga total cost per satuan barang akan mengecil. Oleh karena itu, kenaikan market share akan menaikkan volume produksi dan selanjutnya akan menurunkan biaya produksi per satu satuan barang. Namun, cara menurunkan biaya produksi tidak hanya dengan menaikkan market share, tetapi dapat juga dengan menurunkan biaya logistik.Value advantageSudah menjadi semacam axioma dalam marketing management bahwa konsumen tidak membeli “barang” (product) tetapi mereka membeli “faedah atau keuntungan tertentu” (benefit). Oleh karena itu, bila perusahaan tidak mampu membedakan produknya dengan produk kompetitornya, maka barang atau produknya akan menjadi “barang komoditas” biasa dan konsumen akan cenderung membeli jenis barang tersebut yang harganya paling murah. Untuk mendapatkan value advantage ini, maka perusahaan harus menciptakan nilai tertentu dan biasanya harus dilakukan pada suatu segmen pasar tertentu. Dalam prakteknya, perusahaan-perusahaan yang sukses – tanpa perduli berskala kecil, menengah, dan besar - ternyata terus menerus berusaha mencari posisi dalam pasar berdasarkan kedua-dua advantage itu, yaitu productivity advantage dan value advantage. Opsi-opsi yang tersedia dalam hubungan antara value advantage dan productivity advantage .
Perusahaan yang merasa menempati kotak bawah kiri dalam matrix tersebut berada pada posisi paling malang, karena tidak mempunyai keunggulan apa-apa atau sangat minim. Cara satu-satunya adalah harus bergerak ke kanan atau ke atas. Dalam matriks tersebut terlihat bahwa fungsi logistik dapat membantu banyak untuk meningkatkan, baik value advantage maupun productivity advantage. Yang sangat penting diperhatikan adalah bahwa layanan akan sangat menentukan dalam membedakan antara perusahaan yang satu dan yang lainnya. Jenis layanan ini (value advantage) hampir tidak terbatas jenisnya, dari yang memakan biaya sampai yang sama sekali tidak, atau hanya membutuhkan biaya yang relatif sangat kecil. Dapat dikatakan bahwa perusahaan yang berhasil menjadi market leader adalah perusahaan yang mengusahakan dan berhasil mencapai dua puncak kesempurnaan, yaitu cost leadership dan service leadership. •


source : www.ebizzasia.com



Tuesday, September 26, 2006

Logistics Management



AKTIVITAS LOGISTIC DALAM PERUSAHAAN
A.PENDAHULUAN

Istilah LOGISTIC (dalam Bahasa Inggris ; Logistics) dalam kamus Grolier Webster International (1975) di definisikan berikut: “ The Branch of military science concerned with the procurement, transportation, maintenance, and supply of troops, equipment and facilities”. Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa fokus ataupun konsentrasi kegiatan logistic bertumpu pada kegiatan pengadaaan barang dan jasa; pengangkutan dan perawatan/penyimpanan peralatan dan fasilitas yangt dibutuhkan oleh militer sehingga istilah logistik itu seakan terbatas pemakaiannya di kalangan militer.

Dalam dunia usaha pun sebenarnya kegiatan memperoleh, mengangkut, menyimpan dan memelihara/merawat barang sudah ada sejak pertama kali manusia melakukan usaha dagang yakni system barter. Kegiatan logistic dalam dunia usaha menjadi lebih penting disebebkan jarak sumber barang dan si pemakai barang / konsumen lama-kelamaan menjadi lebih jauh oleh karena berbagai hal.

B. Definisi dan Ruang Lingkup Logistic Perusahaan
Walaupun kegiatan pengadaan, pengangkutan, dan penyimpanan serta perawatan telah lama dikenal dan dilaksanakan dalam dinia usaha namun kegiatan tersebut tidak dikelola secara terpadu.
Definisi Logistic perusahaan adalah suatu bidang manajemen terpadu yang relatif masih baru, yang timbul dari reorganisasi dari semua kegiatan yang berkaitan dengan pengurusan barang. Oleh karena istilah logistic perusahaan itu masih baru maka terdapat bermacam-macam definisi yang diberikan oleh para cendekiawan.

Logistic adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang efisien dan efektif biaya dari alur penyimpanan bahan baku, material dalam proses, barang jadi dan informasi yang terkait dimulai dari sumbernya sampai pada tempat pemakaian dengan tujuan pemenuhan kebutuhan konsumen.
Secara populer penyelenggaraan dan pengelolaan logistic adalah dengan melaksanakan apa yang disebut sebagai: Memperoleh yang berarti menjamin adanya jenis barang dan jasa yang tepat; dalam jumlah yang tepat; dari sumber yang tepat; pada waktu yang tepat; untuk pelanggan yang tepat dan biaya yang tepat.
Kegiatan logistic dalam system perekonomian khususnya berkaitan dengan arus barang. Meskipun sulit untuk mengukur namun para ahli sepakat bahwa pengeluaran biaya setiap tahun untuk pelaksanaan tugas logistic di Amerika Serikat menyangkut jumlah 10% dari Gross National Product (GNP) tahun 1994.
Di Indonesia masalah logistic menjadi masalah kendala terutama masalah distribusi di kawasan Indonesia Timur yang sarana dan prasarana masih sangat minim.

C. Misi Bidang Logistic
Misi bidang logistic suatu perusahaan adalah suatu usaha yang terintegrasi yang bertujuan mewujudkan “customer value” derngan “lowest total cost”. Jadi tugas seorang manajer logistic adalah meningkatkan tingkat layanan, menekan biaya serendah-rendahnya dan mencari keseimbangan yang tepat diantara kedua hal tesebut.
Kegiatan Manejemen Logistik

Customer Service
Demand Forecasting
Disrtibution Communication
Inventory Control
Material Handling
Order Processing
Parts and Service support
Plant and Warehouse site selection
Procurement
Packaging
Return goods handling
Salvage and scrap disposal
Traffic and transportation
Warehousing and Storage

D. Sebagai bagian dari usaha pemasaran suatu perusahaan
Logistic memainkan peranan yang penting dalam memuaskan pelanggan perusahaan dan pencapaian laba untuk perusahaan secara keseluruhan.
Kemampuan logisric untuk memberikan “customer service” dihubungkan dengan kemampuan bagian pemasaran dalam mendapatkan dan melaksanakan penjualan, menghasilkan keadaan yang dapat diterima untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Upaya yang terpadu membutuhkan koordinasi dalam aktivitas pemasaran (Product, Price, Place, Promotion) untuk mencapai sinergi yang optimal.
Komponen yang terakhir dari konsep manejemen logistic adalah company profit yang pada akhirnya menuntut logistic untuk selalu berusaha mencari keseimbangan antara tingkat service level yang ditentukan perusahaan dan waktu yang bersamaan menekan cost seminimal mungkin.

Tuesday, September 12, 2006


From Wikipedia, the free encyclopedia
logistics definition.....
Logistics is the art and science of managing and controlling the flow of goods, energy, information and other resources like products, services, and people, from the source of production to the marketplace. It is difficult to accomplish any marketing or manufacturing without logistical support. It involves the integration of information, transportation, inventory, warehousing, material handling, and packaging. The operating responsibility of logistics is the geographical repositioning of raw materials, work in process, and finished inventories where required at the lowest cost possible.
The dictionary definition of logistics is: "The time related positioning of resources."
As such, logistics is commonly seen as a branch of engineering which creates "people systems" rather than "machine systems".
Background
Logistics can be defined as having the right quantity at the right time for the right price. It is the science of process. Incorporates all industry sectors, and manages the fruition of project life cycles, supply chains and resultant efficiencies.
Logistics as a concept is considered to evolve from the military's need to supply themselves as they moved from their base to a forward position. In ancient Greek, Roman and Byzantine empires, there were military officers with the title ‘Logistikas’ who were responsible for financial and supply distribution matters. The Oxford English dictionary defines logistics as: “The branch of military science having to do with procuring, maintaining and transporting material, personnel and facilities.”
Logistics as its own concept in business evolved only in the 1950s. This was mainly due to the increasing complexity of supplying one's business with materials and shipping out products in an increasingly globalized supply chain, calling for experts in the field.
Business logistics
In business, logistics may have either internal focus, or external focus covering the flow from originating supplier to end-user (see supply chain management). The main functions of a logistics manager include purchasing, transport, warehousing, and the organizing and planning of these activities. Logistics managers combine a general knowledge of each of these functions so that there is a coordination of resources in an organization. There are two fundamentally different forms of logistics. One optimizes a steady flow of material through a network of transport links and storage nodes. The other coordinates a sequence of resources to carry out some project.

Military logistics
In military logistics, experts manage how and when to move resources to the places they are needed. In military science, maintaining one's supply lines while disrupting those of the enemy is a crucial—some would say the most crucial—element of military strategy, since an armed force without food, fuel and ammunition is defenseless.
The Iraq war was a dramatic example of the importance of logistics. It had become very necessary for the US and its allies to move huge amounts of men, materials and equipment over great distances. Led by Lieutenant General William Pagonis, Logistics was successfully used for this effective movement. The defeat of the British in the American War of Independence, and the defeat of Rommel in World War II, have been largely attributed to logistical failure. The historical leaders Hannibal Barca and Alexander the Great are considered to have been logistical geniuses.
Production logistics
The term is used for describing logistic processes within an industry. The purpose of production logistics is to ensure that each machine and workstation is being fed with the right product in the right quantity and quality at the right point in time.
The issue is not the transportation itself, but to streamline and control the flow through the value adding processes and eliminate non-value adding ones. Production logistics can be applied in existing as well as new plants. Manufacturing in an existing plant is a constantly changing process. Machines are exchanged and new ones added, which gives the opportunity to improve the production logistics system accordingly. Production logistics provides the means to achieve customer response and capital efficiency.

Wednesday, May 24, 2006


Biaya Logistik Indonesia Paling Tidak Kompetitif
Biaya logistik untuk ekspor perusahaan di Indonesia paling tidak kompetitif dibanding negara lain. Hasil penelitian Lembaga Penelitian Ekonomi Masyarakat (LPEM UI) Agustus lalu menunjukkan biaya logistik di Indonesia mencapai 14,08 persen dari total biaya produksi. "Sementara di Jepang hanya 4,08 persen," kata Chatib Basri, Ketua LPEM UI, Senin (12/9), dalam seminar "Enhancing Indonesia's Competitiveness: Meeting the Challenges for Industrial Develompment" di Jakarta. Penelitian dilakukan di empat kota, meliputi Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Hasilnya, biaya input logistik menyumbang 7,22 persen dari total biaya. Biaya logistik sektor manufaktur menyumbang 2,82 persen dari total biaya, dan biaya output logistik mencapai 4,04 persen dari total biaya.Hal ini, kata Chatib, menunjukan biaya input logistik lebih besar dari biaya output serta menjadi salah satu kendala ekspor Indonesia. "Di mana biaya distribusi dan birokrasi lebih mahal dibanding biaya produksi," ujarnya.
sutarto
sumber: Tempo Interaktif.com

Monday, May 01, 2006


Angin Segar Usaha Ekspres dan Logistik
Robert Sanjaya
SEBAGAI konsultan, penulis terkadang harus menghadapi keputusan akhir dari klien multinasional-yang tentunya berbasis di luar Indonesia-secara mendadak. Kadangkala keputusan tersebut juga meliputi pengiriman data dalam bentuk dokumen yang cukup signifikan jumlahnya.
Dengan kemajuan teknologi Internet, beberapa dokumen dapat dikirim melalui email. Namun, jika filenya terlalu besar, sementara data tersebut harus diterima pada saat itu juga atau paling lambat sehari kemudian, pengiriman melalui jasa layanan pengiriman ekspres internasional sepertinya menjadi solusi terbaik.
Suatu ketika pernah salah satu klien yang bermarkas di Jepang akan menggelar acara jumpa pers di Indonesia sementara material untuk pers yang dibutuhkan baru selesai dibuat dua hari sebelum hari penyelenggaraan. Untunglah, dengan bantuan salah satu perusahaan pengiriman ekspres internasional, dalam waktu kurang dari 36 jam paket tersebut sudah sampai ke tangan penulis.
Kejadian di atas hanyalah skala yang sangat kecil dari peran jasa layanan pengiriman ekspres internasional. Bayangkan jika Anda bekerja di sebuah perusahaan manufaktur yang selalu membutuhkan persediaan suku cadang dan selalu harus memproduksi. Sementara pada saat yang sama menjalankan aktivitas pemasaran.
Semua dokumen maupun suku cadang yang dikirim harus tiba tepat waktu dan tidak menyediakan sedikit pun ruang untuk kesalahan. Memang Anda memiliki pilihan untuk menyediakan fasilitas gudang dan pengiriman sendiri. Namun, coba diperhitungkan investasi yang harus dikeluarkan.
Kita harus menanam modal untuk tanah, bangunan, fasilitas kantor, prasarana teknologi informasi pengelolaan gudang, sumber daya manusia dan beragam hal memusingkan lainnya.
Belum termasuk kinerja yang harus diperhitungkan berkaitan dengan bea dan cukai yang kebijakan-kebijakannya di setiap negara berbeda satu sama lain.
Di sinilah perusahaan-perusahaan penyedia jasa layanan pengiriman ekspres internasional, seperti FedEx, TNT, UPS, dan DHL berperan sangat besar. Perusahaan-perusahaan tadi rata-rata menyediakan solusi pergudangan dan logistik yang cukup komprehensif.
Biasanya jasa tersebut diberikan dengan cara mengoperasikan sebuah jaringan layanan logistik dengan pusat-pusat layanannya (logistics centers) yang terletak di kota-kota bandar udara (bandara) paling strategis di dunia seperti Miami, Singapura atau Hongkong, yang merupakan hub atau titik penghubung regional jaringan transportasi ekspres udara.
Dengan memanfaatkan jaringan layanan transportasi ekspres udara yang tersedia, pusat layanan logistik biasanya menawarkan serangkaian layanan logistik yang menyeluruh. Seperti inbound receipt, verifikasi barang secara cepat, pengelolaan suku cadang dan inventaris perusahaan, serta pengelolaan gudang dan sarana penyimpanan proses pemesanan. Juga pengurusan dokumentasi, penanganan barang-barang berbahaya sampai penyelesaian proses pengiriman.
Misalkan saja DHL yang mengoperasikan pusat layanan logistik yang mereka sebut sebagai Express Logistic Centers (ELC) di Bahrain, Brisbane, Brussels, Hongkong, Johannesburg, Miami, dan Singapura. DHL juga memperluas jangkauannya dengan membangun SPC (strategic parts center) di negara-negara yang potensial pertumbuhannya, termasuk Indonesia.
Dengan mengoperasikan SPC di Jakarta yang berlokasi di Bandara Soekarno-Hatta, DHL dapat melakukan pengiriman suku cadang yang dibutuhkan segera oleh para pelanggan. Misalnya pengiriman hari itu juga atau jangka waktu tertentu yang telah disepakati oleh pelanggan.
Jadi daripada harus memelihara dan mengelola gudang sendiri, para konsumen dapat menyewa ruangan dan menyimpan stok untuk kebutuhan darurat mereka di SPC. Secara bisnis, hal tersebut tidak akan meningkatkan keuntungan perusahaan, namun akan meningkatkan efisiensi biaya operasional secara signifikan.
Angin segar
Akhir tahun lalu, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyempurnakan kebijakan tentang petunjuk pelaksanaan penyelesaian barang penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, kiriman melalui jasa titipan dan kiriman pos dengan mengeluarkan kebijakan baru No Kep-83/BC/2002.
Inisiatif ini dibutuhkan karena peran dan kontribusi importir makin terasa dalam proses pemulihan ekonomi Indonesia. Data devisa impor tahun 1996/1997-2002 dari situs Dirjen Bea dan Cukai menyebutkan bahwa dokumen impor yang dapat ditangani kian meningkat, dari 590.688 dokumen di tahun 2001 menjadi 701.846 tahun 2002.
Dengan adanya keputusan tersebut, sekarang para manufaktur dan pebisnis di kawasan berikat di Indonesia bisa memperoleh keuntungan dari lebih cepatnya proses pengeluaran barang dan bahan baku impor.
Dengan kebijakan ini, barang impor yang masuk ke Kawasan Berikat melalui perusahaan jasa titipan (PJT) bisa dikeluarkan dalam waktu 24 Jam sejak waktu kedatangan. Istimewa, karena sebelumnya membutuhkan waktu antara dua hingga empat hari.
Dengan keputusan baru ini, PJT diperkenankan mengisi dan menyerahkan formulir BC 2.3, dokumen resmi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan barang impor melalui PJT ke Kawasan Berikat. Sebelumnya, pengurusan dokumen BC 2.3 hanya dapat dilakukan oleh pengusaha di Kawasan Berikat sehingga membutuhkan waktu yang panjang mengingat besarnya jumlah barang impor yang setiap hari masuk ke Kawasan Berikat.
Dengan diperbolehkannya PJT menyiapkan dokumen BC 2.3 tersebut, operasional pengiriman akan menghemat begitu banyak waktu karena PJT sudah memiliki detail lengkap dari pengiriman barang yang akan masuk. Tinggal diajukan kepada petugas Bea dan Cukai untuk diproses sesuai peraturan yang ada.
Satu lagi perubahan dalam keputusan ini, yaitu menyebabkan lebih fleksibelnya para importir dalam pengeluaran barang dengan cepat (express clearance). Berdasarkan keputusan lama, hanya pengiriman barang dengan berat maksimum 20 kilogram dan bernilai maksimum 5.000 dollar AS boleh memperoleh perlakuan ekspres itu. Dengan keputusan yang baru, kiriman dengan berat tidak melebihi 100 kilogram atau nilai (harga) tidak melebihi 5.000 dollar AS per house AWB (airway bill) dapat memperoleh express clearance. Sementara untuk tujuan Tempat Penimbunan Berikat tidak dibatasi berat maupun nilainya.
Melalui keterangan tertulisnya pada saat memperkenalkan kebijakan baru ini kepada pers awal tahun ini, Eddy Abdurrachman, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, menyatakan bahwa keputusan baru ini merupakan bukti dari dukungan dan komitmen Ditjen Bea dan Cukai terhadap komunitas bisnis Indonesia. "Kami memahami bahwa ada kebutuhan untuk mengurangi birokratisasi dan meningkatkan proses pengeluaran barang (clearance) agar para manufaktur dan importir Indonesia bisa menjadi lebih efisien dan kompetitif," ujarnya kala itu.
Mengomentari kebijakan tersebut, Alan Cassels, Senior Technical Advisor, PT Birotika Semesta/DHL Express menyambut baik perampingan proses clearance bagi barang-barang impor khususnya bagi para konsumen di Kawasan Berikat. "Karena dengan kebijakan baru ini, DHL dapat memastikan bahwa proses pengeluaran barang impor para pelanggan DHL dapat diselesaikan pada hari itu juga," katanya.
Sementara itu, melalui keterangan tertulis yang sama, Johari Zein, Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) juga menyatakan kesan positifnya terhadap kebijakan tersebut. Perubahan keputusan ini dikatakan merupakan perkembangan positif bagi industri pengiriman ekspres Indonesia karena proses pengeluaran barang dapat berlangsung lebih cepat. Yang pada akhirnya hal ini akan dapat meningkatkan kemampuan para manufaktur Indonesia untuk lebih kompetitif di pasar global.
Untuk berbagai industri di Indonesia, proses clearance yang cepat akan mengurangi risiko keterlambatan, kerusakan dan kehilangan barang impor dan barang baku tersebut. "Karena barang-barang tersebut dikeluarkan lebih cepat dari kawasan berikat, maka penghematan bisa dilakukan dengan berkurangnya biaya sewa gudang," kata Johari Zein.
Peran kurir
Satu faktor utama yang menentukan citra maupun kinerja dari semua perusahaan penyedia jasa layanan ekspres maupun logistik adalah tenaga kerja kurir. Terkadang, secara eksternal maupun internal, peran orang-orang lapangan ini dianggap sebagai nomor dua. Padahal, merekalah ujung tombak perusahaan.
Kinerja mereka adalah juga kinerja perusahaan. Oleh karena itu, mereka sangat mempengaruhi kinerja dan indeks kepercayaan konsumen kepada perusahaan-perusahaan jasa layanan pengiriman.
Mereka adalah orang-orang yang berhadapan langsung dengan pelanggan untuk mendengar keluhan-keluhan seperti "Mengapa lama sekali? Mengapa sampai dua hari? Kami sudah menunggu kirimannya dari kemarin". Padahal, kiriman tersebut tepat waktu karena si pengirim telah menyepakati kapan kirimannya akan diterima dengan perusahaan layanan kurir ini.
Mereka juga yang mengenal jalan-jalan "tikus" agar dapat mencari alternatif jalan tercepat agar kiriman tepat waktu. Mereka yang setiap hari harus menghadapai stres akibat kemacetan di jalan raya.
Merekalah pihak yang harus mengatasi kesulitan pengiriman barang sebenarnya karena alamat tidak jelas, nama tidak jelas, dan lain sebagainya. Dan mereka juga yang sebenarnya menjaga keamanan dokumen selama proses pengiriman. Intinya, merekalah public relations sesungguhnya bagi perusahaan jasa layanan pengiriman ekspres karena citra mereka adalah juga citra perusahaan.
Hal lain, awal tahun 2003 sepertinya menjadi tren bagi perusahaan-perusahaan lokal maupun internasional untuk mengganti logo mereka. Tak mau ketinggalan, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman ekspres dan logistik pun mengganti logo mereka.
Maret lalu, United Parcel Service (UPS) melakukan hal itu. Perusahaan penyedia jasa pengiriman paket dan layanan supply chain yang bermarkas besar di Atlanta itu mengumumkan penggantian logonya setelah menggunakannya selama lebih dari 40 tahun.
UPS menyatakan bahwa pergantian logo tersebut melambangkan pengembangan kapabilitas mereka yang sudah menjangkau seluruh dunia dan meliputi portofolio layanan supply chain. Mike Eskew, Chairman dan CEO, UPS, menyatakan, "Kami mengubah penampilan untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada kapabilitas kami," ujarnya melalui siaran pers. Padahal, logo lama UPS adalah hasil desain Paul Rand, yang dikenal juga sebagai orang yang mendisain logo untuk IBM dan ABC.
Setelah UPS, pada bulan Mei 2003, DHL juga mengumumkan brand baru mereka. Namun, pergantian brand yang meliputi penambahan warna kuning di belakang logo DHL tersebut dilatarbelakangi penggabungan DHL, Danzas dan Deutsche Post Euro Express menjadi satu kekuatan raksasa di sektor ekspres dan logistik. Ketiga perusahaan adalah perusahaan milik Deutsche Post World Net (DPWN), yang bermarkas besar di Jerman.
DPWN memilih DHL sebagai brand yang memayungi ketiga perusahaan, karena berdasarkan survei dan penelitian independen, DHL adalah brand yang paling dikenal, dipercaya dan disegani. "DHL adalah Coca Cola-nya perusahaan ekspres dan logistik," tegas Dr Klaus Zumwinkel, chairman of the board of management DPWN.
Namun karena Deutsche Post Euro Express tidak beroperasi di Indonesia, untuk Indonesia, DHL mengoperasikan DHL Express dan DHL Danzas Air & Ocean. DHL Express adalah divisi yang menangani jasa layanan pengiriman ekspres internasional lewat udara (Di Indonesia, DHL beroperasi melalui PT Birotika Semesta).
Sementara DHL Danzas Air & Ocean mewakili bisnis Danzas Intercontinental terdahulu. Jika DHL Express menangani pengiriman dokumen dan paket dengan berat pada umumnya sampai dengan 250 kilogram, DHL Danzas Air & Ocean memiliki pangsa pasar pengiriman freight dan peti kemas melalui laut dan udara (pada umumnya di atas 250 kilogram).
Bergabungnya layanan DHL dan Danzas akan menjadi kekuatan baru yang menguasai tidak saja pangsa pasar pengiriman ekspres udara, tetapi juga pangsa pasar freight dan logistik internasional. Yang menarik, penggabungan kekuatan tersebut memungkinkan penyediaan one-stop access kepada pelanggan DHL dan Danzas.
Pada saat pengumuman logo baru DHL di Jakarta, Chris Remund, Technical Advisor to Directors, DHL Danzas Air & Ocean, sempat menyatakan, "Integrasi ini memposisikan DHL sebagai perusahaan yang lebih besar dan lebih baik dari sebelumnya. Integrasi tersebut juga berarti bahwa ’DHL baru’ akan mendominasi Asia."
DHL sendiri kini menyatakan telah menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar pengiriman ekspres internasional melalui udara untuk Indonesia. Jadi, sangat menarik untuk mengetahui bagaimana pembagian pangsa pasar tahun depan, setelah bergabungnya DHL dan Danzas.
Apakah akan terjadi dominasi? Atau apakah perusahaan-perusahaan ekspres dan logistik lain akan mengikuti langkah mereka dengan melakukan merger atau konsolidasi? Kita tunggu saja.

Robert Sanjaya Konsultan Berdomisili di Jakarta

Sumber: Kompas.com

















Sunday, April 09, 2006


Cerah Masa Depan Industri Jasa Logistik dan Ekspres
BELUM genap sepuluh tahun industri jasa logistik diperkenalkan tahun 1995 di bumi Indonesia, kini jasa pelayanan yang relatif masih muda ini sudah mbludak. Tidak mengherankan, faktor investor kecil dan besar melirik padanya tidak lain adalah angka menggiurkan 1 miliar dollar AS potensi jasa ini di Indonesia. Angka tersebut adalah biaya per tahun yang dikeluarkan untuk jasa transportasi, pergudangan, manajemen pergudangan dan asistensi kemudahan pergerakan cepat produk pabrik mengalir ke konsumen.
INDUSTRI jasa ekspres yang mulai menjamur sejak dekade 1970 kemudian menjadi primadona bisnis sektor ini, dalam sekejap disalipnya, mengubah tatanan bisnis ini dengan perbandingannya menjadi 1:5. Terlebih lagi, logistik sudah menjadi tren global dengan munculnya global forwarder. Itu pun tidak terlalu mengejutkan, sebab estimasi potensi industri jasa ekspres negeri khatulistiwa ini berkisar angka 100 juta plus, sementara industri jasa logistik 800 juta sampai 1 miliar dollar AS.
Keduanya ibarat gula dikerubuti ribuan semut, dapat disaksikan di daerah pergudangan kargo bandar udara utama Indonesia, Soekarno-Hatta. Pemandangannya tidak ubahnya mirip pasar lengkap dengan "kaki lima", yakni mereka yang menawarkan jasa pengurusan pengiriman maupun pengeluaran barang dari gudang bandar udara. Mereka lebih dikenal sebagai DPR-singkatan dari di bawah pohon rindang-bermodal laptop atau mesin ketik, bekerja di bawah pohon atau emperan pergudangan. Serta tentu, bekal pengetahuan pengurusan keluar-masuk arus barang di gerbang utama udara ini.
Berdampingan dengan kawasan pergudangan tersebut, pemandangan Kompleks Pergudangan Soewarna Taman Niaga Soewarna yang dikelola PT Sanggraha Daksamitra, jauh berbeda, tertib teratur serta lingkungannya bersih. Tidak kalah resik dan nyamannya dengan kawasan serupa di Singapura. Di sini tidak dijumpai jajaran kaki-lima dan warehouse (pergudangan) yang lebih bersih, berstandar internasional dengan konsep 2 in 1, gudang rangkap kantor dalam satu atap. Selain ini, gudang-gudangnya didukung oleh saluran telekomunikasi serat optik dan fasilitas sistem pengolahan limbah.
Di luar gudang yang hampir rampung dibangun perusahaan logistik TNT Logistics-perusahaan asing pertama yang memperkenalkan jasa logistik di Indonesia-gudang-gudang berukuran rata-rata sebuah 497 meter persegi kompleks pergudangan Soewarna, sudah padat disewa 22 perusahaan freight forwarder nasional. Gudangnya sudah merupakan bonded warehouses.
Data menggambarkan, di bandar udara Soekarno-Hatta menurut Ketua Gabungan Forwarder dan Expedisi Indonesia (Gafeksi) Perwakilan Bandara Soekarno-Hatta, Soedjarwo Sudarmo, tercatat 402 perusahaan yang bernaung di bawah Gafeksi dan 80 persen pergerakan barang atau kargo ditangani oleh perusahaan freight forwarder.
"Ini merupakan indikasi kuat bahwa keberadaan kami memang diperlukan karenanya perlu penataan dan pembenahan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di kemudian hari, misalnya persaingan tidak sehat sesama anggota," jelas Soedjarwo. Suasana tersebut dapat dicapai apabila disertai rules of the games (aturan main) yang jelas serta ditaati dan dipatuhi anggota Gafeksi.
Mungkin yang paling menonjol saat ini dalam pengurusan barang inbound (masuk) dan outbound (keluar) adalah pengurusan masalah bea-cukai. Birokrasi lama yang membutuhan 40 tanda tangan, dapat dipangkas oleh instansi Bea Cukai menjadi satu atau dua tanda tangan bagi pengurusan arus keluar-masuk barang. Suatu kemajuan besar.
Sayangnya, masih banyak ganjalan yang masih melekat dari sejak zaman di bandara Halim Perdanakusuma hingga sekarang. Akibatnya, kemajuan layanan yang diberikan Bea Cukai, tidak diimbangi oleh kelancaran-kelancaran lainnya, di antaranya soal storage fee 5 sen dollar AS, sewa gudang yang didasari oleh chargeable weight dan bukan berdasar gross weight dalam pengurusan barang.
DENGAN kecenderungan kuat negara-negara maju sekarang membuat barang jadi dimanufaktur di luar negaranya, kemudian arus globalisasi menjadikan pasar menjadi tanpa batas, mendorong perusahaan jasa logistik-ekspres raksasa mengakuisisi perusahaan besar lainnya. Contohnya Deutsche Post membeli DHL, kemudian Danzas, dalam upayanya menjadi global forwarder. Diproyeksikan mungkin maksimum akan ada 10 perusahaan jenis ini.
Indonesia dengan 215 juta penduduknya, sekaligus pula menjadi potensi pasar menggiurkan, menjadi sasaran arus global forwarder yang kini dirasakan dengan kehadiran mega forwarder di Indonesia.
Siapkah negeri ini menerima kedatangan mereka? Mungkin jawabannya adalah masih jauh dari siap meski kini diperkirakan ada 4.000 perusahaan forwarder yang menawarkan jasanya. Dari jumlah ini, mungkin hanya 30 perusahaan yang berkemampuan bekerja sama dengan mitra luar negeri dalam mengantisipasi tren tersebut.
"Kita kalah dalam segala hal. Teknologi, modal, jaringan maupun sistem. Kualitas kita itu paling sama dengan Banglades. Tapi dengan kondisi begini apakah kita harus turut terpuruk? Jelas tidak," ujar Soedjarwo Sudarmo, Presiden/CEO Fin Logistics. Pendapat sama juga dilontarkan orang nomor satu MSA Cargo, Monang Sianipar yang mendampingi Soedjarwo yang baru-baru ini diangkat sebagai Ketua Gafeksi Perwakilan Bandara Soekarno-Hatta.
Menghadapi tren ini, baik pucuk pemimpin RPX (Republik Express), Harsha Edwana Joesoef yang perusahaannya ini mewakili perusahaan AS, Federal Express (FedEx), Soedjarwo Sudarmo yang perusahaan menggandeng perusahaan Hallmann dan Monang Sianipar, punya satu pendapat sama, usaha ini harus jelas aturan mainnya. Mereka menginginkan agar minimal usaha jasa jenis ini bisa jadi tuan rumah di negara sendiri.
"Jadi major player itu (maksudnya perusahaan asing yang kini berubah jadi perusahaan raksasa global forwarder-Red) masuknya hanya di gateway (pintu gerbang, dalam hal ini Jakarta). Di luar gateway, itu urusan kita, perusahaan lokal," tegas Harsha.
Secara kebetulan, hubungan RPX dengan FedEx dinilai pas sebab pesawat kargo perusahaan raksasa ini hanya datang sampai pintu gerbang bandar udara Soekarno-Hatta Jakarta. Selanjutnya dari pintu utama Indonesia ini, ditangani oleh perusahaannya sehingga dengan demikian RPX pun dapat berkembang.
Model semacam inilah menurut pendapatnya harus dipertahankan oleh pemerintah. "Jangan supermarket sangat besar berada di kampung. Amerika Serikat pun tidak (sepenuhnya) terbuka. Tidak ada penerbangan asing terbang dari Dallas ke Denver!" ujarnya pula.
Ketiga pelaku ekonomi ini sangat concern sebab sudah ada indikasi bahwa Indonesia ingin membuka pintu selebar-lebarnya. Mereka mengkhawatirkan major player bila tidak dibatasi gerbang masuk Indonesia, akan mengambil porsi down-stream perusahaan lokal. "Saya kira pemerintah perlu memberi perlindungan bagi player domestic. Sebab kalau tidak, bila mereka (perusahaan global forwarder) mengambil pula porsi down-stream, gudang, dan transportasinya. Lalu di mana keberadaan kita ini?" kata Monang Sianipar.
Sudah jelas bila hal tersebut terjadi, perusahaan kecil yang berkantor di perumahan seperti DNA Express di belakang kawasan Permata Hijau, CM World Wide Express di kawasan Duren Tiga Barat, Tras Express International Express Courier & Cargo, dan Courier Service Network (CNS) di Kalibata Tengah, tidak bakal dapat bertahan.
"Agar bisa bertahan sekarang saja, kami beraliansi antara empat sampai lima perusahaan sehingga barang yang kami kirim cukup besar (volumenya)," ungkap Ary Tjandra dari DNA Express. Antara lain beraliansi dengan Zoely WS (CM World Wide Express), dan Kiswanto (Tras Express). Volume barang/dokumen yang mereka kirim tidak besar, senilai 20.000 dollar AS setahun, tapi cukup untuk membiayai operasi perusahaan yang dimotori oleh enam sampai delapan tenaga.
Menurut Harsha yang perusahaannya juga bergerak di bidang ground delivery selain mengoperasi pesawat kargo Boeing 737-200, bila ingin membuka pasar bagi industri ini, Indonesia harus berhati-hati. Yang pasti, peraturannya harus jelas agar tercapai win-win solution mengingat meskipun saat ini potensinya masih tergolong kecil, nilai tambahnya ada dengan 200 juta lebih penduduknya. Sumber alamnya banyak sehingga memungkinkan potensi tersebut bisa 10 kali bahkan 100 kali lebih besar.
Kunci lain pelaku ekonomi pada industri ini belum bisa berkembang, yang terletak pada infrastruktur yang saat ini masih kurang mendukung. Ia memberi contoh duren seharga Rp 500 di Sumatera Selatan, di toko buah Total di Jalan Panglima Polim, Kebayoran, melonjak harganya menjadi Rp 50.000. Pada akhirnya konsumen yang harus membayar tinggi barang karena dalam perjalanan dari Sumsel sampai ke Jakarta, armada angkutan harus membayar pungutan liar sepanjang jalan. Selain ini, jalan rayanya kurang memadai sehingga andalan tepat waktu tidak tercapai.
Harga buah di AS bisa merata sama di kota-kotanya, tidak lain berkat jaringan jalan rayan yang prima. Colin Moran dari TNT Indonesia pernah menyebutkan kendala besar bagi usaha jasa logistik di Indonesia adalah infrastruktur, khususnya jaringan jalan raya, perjalanan truk kurang aman jika beroperasi di malam hari. Truk mengalami berbagai gangguan antara lain pungli, perampokan maupun pembajakan pada jalur Jakarta-Surabaya.
Sementara di jalur Jakarta-Medan, jalan raya di daratan Pulau Sumatera keadaannya memprihatinkan sehingga perjalanannya memakan waktu enam hari. Akibatnya, dapat diramalkan, menambah biaya bagi produk yang diangkutnya.
MESKI menghadapi berbagai kendala, baik jasa logistik maupun jasa pengiriman ekspres, prospek ke depan tampaknya cukup cerah dengan pertumbuhan ekonomi Tanah Air menurut Harsha Joesoef lebih dari 5 persen. Institusi finansial JP Morgan, Stanley, dan Meryl Lynch, yang dihubunginya, positif atas angka pertumbuhan tersebut meskipun pemerintah memproyeksikan hanya sebesar 3,5 persen.
Pertumbuhan tersebut antara lain tercermin dari 103 outlets RPX yang tersebar di 63 kota. Kemudian akhir Juli lalu, memperluas jaringan pergudangan ke 15 kota Indonesia melalui kerja sama dengan PT Bhanda Ghara Reksa (BGR), BUMN penyedia jasa pergudangan nasional. Melalui kerja sama ini, Kelompok RPX dapat menggunakan jaringan 400 pergudangan milik BGR yang berada antara lain di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Denpasar, Makassar, Palu, dan Ambon.
Tidak tanggung-tanggung, total luas pergudangan BGR 400.000 meter persegi, dengan kemampuan menangani logistik hingga satu juta ton per meter kubik. Gudang ini erat kaitannya dengan rangkaian program jasa supply and chain RPX yang antara lain pernah dinikmati Hewlett Packard-Compaq, Ericsson Indonesia, Masindo Utama Nusantara, dan Yamaha. "Mereka bisa konsentrasi dengan core business sehingga mereka bisa zero inventory benar-benar," ungkapnya.
Cermin lain, grup perusahaan Harsha awal September akan mengoperasikan tambahan sebuah pesawat full freighter Boeing 737-200. Dengan demikian, RPX akan mengoperasikan dua pesawat kargo untuk melayani pasar domestik. Grup ini juga menjadi GSA (general sales agents) bagi enam maskapai terkemuka dunia, di antaranya All Nippon Airlines, Qantas, dan perusahaan penerbangan kargo Cargolux.
Mereka juga menggandeng Sumitomo Transportation dalam upaya penetrasi pasar Jepang. "Saya memberanikan diri mengatakan bahwa kami adalah the leader (dalam usaha ini-Red). Sebab, saya tidak lihat ada pesaing yang mampu menyediakan pelayanan seperti kita, ada penerbangan kargo berjadwal dan ada gudangnya. Dari segi berat (tonase), pesaing ketinggalan oleh RPX," ujarnya penuh bangga.
Di lain pihak, Ajay Kaul, Deputy Director TNT Logistic, mengklaim dengan merebut saham 30 persen pangsa pasar ini, perusahaannya berada pada papan atas industri jasa pengiriman. Kehadirannya sudah menjalar sampai 17 kota Indonesia, ditambah dengan 11 sub-agen yang tersebar di berbagai kota.
Tidak tanggung pula kepercayaan TNT kepada potensi Indonesia-tahun ini menanam investasi sebesar 4 juta dollar AS-di antaranya berwujud gudang yang hampir selesai dibangun di kawasan kompleks pergudangan Soewarna, Bandara udara Soekarno-Hatta.
Selain pintu gerbang Halim Perdanakusuma, menurut data Kompas, perusahaan UPS dari AS juga menggunakan fasilitas gerbang Bandara Soekarno-Hatta, Ngurah Rai Bali, dan Hang Nadim Batam. Tahun lalu, perusahaan DHL, bagian dari perusahaan jasa logistik terbesar dunia-Deutsche Post World Net-ini selain menggunakan fasilitas Soekarno-Hatta Jakarta, juga Balikpapan, Denpasar, Medan, dan Batam. Mereka menguasai 50 persen usage share pangsa pasar pengiriman volume paket per hari dari Indonesia.
Tanpa disadari, sebenarnya Indonesia sudah membuka pintu cukup lebar kepada global forwarder. Lalu bagaimana sekarang?
Setidaknya Soedjarwo Sudarmo melalui Gafeksi menyatakan, ingin kebijaksanaan buka pintu ditinjau kembali. Harsha Joesoef mengingatkan Indonesia harus hati-hati membuka pasar bagi industri jasa ini. Pesan yang sama juga diingatkan oleh Arman Yahya, Managing Director Combi Freight International Air & Ocean Freight Forwarder maupun oleh Chairman MSA Kargo, Monang Sianipar.